Selasa, 05 November 2013
HATI YANG DIAM KALA TERLUKA
Seorang dokter ahli bedah bergegas menuju rumah sakit begitu dihubungi pihak rumah sakit karena seorang pasien dalam kondisi kritis harus segera dioperasi.
Begitu sampai di RS, dia mempersiapkan diri, mandi dan bersalin pakaian.
Sejenak sebelum masuk ke ruangan operasi ia bertemu dengan ayah pasien yang raut wajahnya memendam cemas bercampur marah.
Dengan ketus laki-laki itu mencecar sang dokter, �Kenapa lama sekali dokter! Tidak tahukah anda anak saya sedang kritis? Mana tanggung jawab anda sebagai dokter?�
Dokter bedah itu menjawab dalam senyum, �Saudaraku, saya sangat menyesal atas keterlambatan ini. Tadi saya sedang berada di luar, tetapi begitu dihubungi saya langsung menuju ke sini. Semoga anda maklum dan dapat merasa tenang sekarang. Doakan semoga saya dapat melakukan tugas ini dengan baik, dan yakinlah bahwa Allah akan menjaga anak anda�.
Keramahan sang dokter ternyata tidak meredakan amarahan si bapak, bahkan suaranya mengguntur, �Anda bilang apa? Tenang!? Sedikit pun anda tidak peduli rupanya, apakah anda bisa tenang jika anak anda yang sekarat? --semoga Allah mengampuni anda-- apa yang akan anda lakukan jika anak anda meninggal?�
Sambil tetap mengulas senyum dokter menanggapi, �Bila anak saya meninggal saya akan mengucapkan seperti yang difirmankan Allah:
?
"Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan, �Kita adalah milik Allah, dan kepada-Nya kita akan kembali�.
Dokter itu melanjutkan, �Adakah ucapan belasungkawa yang lain bagi orang beriman?
Maaf Pak, dokter tidak dapat memperpanjang usia tidak juga dapat memendekkannya; Usia di tangan Allah. Dan kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan putra anda. Hanya saja kondisi anaknya kelihatannya cukup parah, oleh karena itu jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan ucapkanlah �inna lillahi wa`inna ilaihi raji�un. Saran saya, sebaiknya anda pergi ke mushalla rumah sakit untuk melaksanakan shalat dan berdoa kepada Allah agar Ia menyelamatkan anak anda�. Tambahnya.
Laki-laki orang tua pasien menanggapi dengan sinis, �Nasehat itu memang mudah, apalagi untuk orang yang tidak punya hubungan dengan anda.�
Sang dokter segera berlalu masuk ruangan operasi. Operasi berlangsung beberapa jam, lalu sang dokter keluar tergesa-gesa dan berkata kepada orang tua pasien,
�Berbahagialah Pak, alhamdulillah, operasi berjalan lancar, anak anda akan baik-baik saja. Maaf, saya harus segera pergi, perawat akan menjelaskan kondisi anak anda lebih rinci.�
Orang tua pasien tersebut tampak berusaha mengajukan pertanyaan lain, tetapi sang dokter segera beranjak pergi. Selang beberapa menit, sang anak keluar dari ruang operasi disertai seorang perawat.
Seketika orang tua anak itu berkata, �Ada apa dengan dokter egois itu, tidak sedikit pun memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya tentang kondisi anak saya?�
Tak dinyana perawat tersebut menangis terisak-isak dan berkata, �Kemarin putra beliau meninggal dunia akibat kecelakaan. Ketika kami hubungi, dia sedang bersiap-siap untuk mengebumikan putranya itu. Apa boleh buat, kami tidak punya dokter bedah yang lain; oleh karena itu begitu selesai operasi dia bergegas pulang untuk melanjutkan pemakaman putranya. Dia telah berbesar hati meninggalkan sejenak segala kesedihannya atas anaknya yang meninggal demi menyelamatkan hidup anak anda.�
Oleh: Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi
YA ALLAH RAHMATILAH HATI YANG MESKI TERLUKA, NAMUN TIDAK BERBICARA
�
Sahabat Ummi, kita lebih sering menjadi seperti siapa? Sang ayah yang senantiasa mencecar kekurangan orang lain, atau sang dokter yang bisa tetap membantu orang lain bahkan di kala ia sendiri sedang dalam kesulitan?
Apakah kita bisa tegar menahan emosi dan tetap tenang sekalipun terluka?
Majalah UMMI FB https://www.facebook.com/MajalahUmmi?fref=ts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar